Sulitnya Perjuangan Wanita Transgender di Pakistan

Saat ini, keberadaan kaum transgender telah memberikan warna tersendiri di tengah masyarakat. Walaupun pada umumnya para transgender belum sepenuhnya di terima sebagai gender ketiga, beberapa di antara mereka mampu menunjukkan kiprah yang tak kalah hebat dibandingkan orang lain, khususnya di negara-negara yang telah menerima transgender dengan tangan terbuka.



Sebagai transgender, mereka tentu harus menerima perlakuan yang sedikit berbeda dari masyarakat. Mengingat tak semua orang mau memahami kondisi dan latar belakang yang dialami para transgender, mereka harus mengalami hal sulit muulai dari penolakan hingga bullying. Terlebih jika mereka tinggal di tempat dengan mayoritas masyarakat menentang keberadaan transgender, salah satunya di Pakistan. Para wanita transgender di Pakistan harus berjuang ekstra keras untuk mendapat pengakuan dan penerimaan di masyarakat.

baca juga : 6 Pemimpin Negara yang Doyan Berpoligami

Ada sebuah kisah inspiratif datang dari wanita transgender Pakistan bernama Jullie. Kini, Jullie ingin membagikan kisahnya sebagai upaya untuk 'memerdekakan' wanita transgender di negara tersebut. Berikut kisahnya.



Julie dikenal sebagai 'front woman' bagi kaum transgender di Pakistan, yang biasa dikenal dengan sebutan 'Hijras'. Kehidupan Hijras di Pakistan sangatlah keras. Mereka tak diizinkan sekolah ataupun bekerja secara profesional. Oleh karena itu, rata-rata Hijras bekerja sebagai wanita penghibur dan penari di klub malam.

Selama menjadi wanita transgender, Julie telah mengecap berbagai asam garam bahkan tragedi mengerikan yang tak akan bisa ia lupakan selama hidupnya.

Julie besar di tempat yang didominasi oleh pria. Mengalami orientasi seksual yang berbeda, tentu menjadi hal yang sangat sulit bagi Julie. Ia menjalani masa kecil sebagai laki-laki dan memutuskan berubah menjadi wanita saat beranjak dewasa. Banyak pihak yang menolak keputusan Julie. Ia bahkan langsung dipecat dari restoran tempatnya bekerja saat mulai merubah penampilan seperti perempuan.

baca juga : Kisah Haru Gadis Berwajah Meleleh yang Kini Cantik Rupawan

Suatu hari, Julie yang sudah berubah menjadi wanita disekap dan diperkosa oleh seorang pria. Ia dianiaya dan diserang dengan berbagai kalimat kasar. Beruntung, ia berhasil lolos dan kini sedang berjuang untuk menegakkan keadilan atas nasibnya.




Namun, statusnya sebagai transgender sangat sulit untuk mendapatkan pengadilan hukum. Pemerintah Pakistan tidak memiliki perangkat hukum untuk menangani kasus atau pelecehan apapun yang dialami oleh transgender. Kondisi ini membuat Julie sedih dan memikirkan cara untuk menyeret pelakunya ke dalam penjara.




Julie pun membentuk sebuah gerakan bernama 'Forum for Dignity Initiatives' bersama transgender lainnya, Uzma Yaqoob. Gerakan ini bertujuan unuk meminta kesetaraan hak bagi kaum tansgender di mata hukum. Lebih lanjut, mereka meminta agar pemerintah Pakistan menerima kaum transgender sebagai gender ketiga secara legal.



Julie menyatakan, kami (kaum transgender) tidak pernah menyakiti mereka (masyarakat umum) hanya karena berpakaian seperti wanita. Julie juga ingin agar para transgender diizinkan bersekolah dan bekerja selayaknya orang lain.



Upaya Julie nampaknya sedikit membuahkan hasil. Beberapa masyarakat Pakistan mulai menerima para transgender. Masyarakat sering mengundang wanita transgender untuk menari dan meramaikan acara pernikahan atau kelahiran bayi. Hal ini membuat para transgender merasa diterima dan dihormati.

baca juga : Yuk Kenalan dengan 3 Muslim yang Bekerja di Gedung Putih

Setelah kasus penculikan dan pelecehannya diajukan, Julie sempat ditawari kompensasi berupa uang. namun Julie menolaknya. Ia menyatakan bahwa ia tak membutuhkannya. Ia hanya ingin agar kaumnya mendapat lebih pengakuan dan kesetaraan hak dengan masyarakat pada umumnya.

0 komentar