5 Fakta Menyedihkan Kehidupan Ladyboy di Thailand

Sudah bukan rahasia lagi, Thailand adalah salah satu negara dengan jumlah transgender terbanyak di dunia. Salah satu transgender paling menonjol yang dimiliki Thailand adalah ladyboy, alias wanita pria. Tidak semua ladyboy Thailand mengubah organ pribadinya secara permanen, namun uniknya ladyboy Thaland dikenal sangat cantik dan tak kalah dibandingkan wanita tulen.

Tak dapat dipungkiri keberadaan ladyboy sudah menjadi ciri khas yang unik dari negara Thailand. Sekilas kita dapat melihat di film-film bahwa keberadaan ladyboy cukup diterima dengan baik oleh masyarakat. Para ladyboy ini juga terlihat bahagia dan menikmati hidup mereka dengan sering tampil di depan umum bahkan mengikuti ajang pencarian bakat. 

Namun tak banyak yang tahu, ada beberapa fakta menyedihkan di balik gemerlapnya kehidupan ladyboy di Thailand. Banyak di antara ladyboy yang menjadi korban pelecehan hingga dianggap sebagai warga buangan. Penasaran? Mari kita simak bersama.

baca juga : Gagal Cantik, 6 Orang Ini Justru Tewas Karena Operasi Plastik

Ladyboy sering menjadi korban diskriminasi


Mungin sekilas masyarakat Thaland terlihat sangat liberal dan menerima keberadaan kaum transgender dengan baik. Namun jika ditelusuri lebih dalam, banya transgender khususnya ladyboy yang menjadi korban diskriminasi, mulai dari urusan karir hingga pergaulan di lingkungan sosial. Tak jarang mereka menjadi korban pelecehan mulai dari ejekan hingga sentuhan fisik.

Melihat tingginya jumlah pria Thailand yang ingin menjadi ladyboy, banya pihak tak bertanggung jawab yang mengiming-iming mereka dengan biaya operasi dan terapi hormon yang murah. Banyak kasus ladyboy yang berakhir menjadi pekerja seks karena penolakan dari keluarga hingga untuk menutup hutang. Hal ini makin diperparah dengan tingkat pendidikan yang rendah.

Ladyboy tetap wajib ikut wajib militer


Ada sebuah peraturan unik d negara Thailand mengenai wajib militer. Jika Korea mewajibkan seluruh penduduk laki-laki untuk ikut wamil, di Thailand pemilihan peserta wawil ditentukan melalui undian lotere. Uniknya, para ladyboy juga diwajibkan mengikuti undian ini. Hal ini dikarenakan hukum Thailand melarang penduduknya mengubah jenis kelamin pada identitas kelahiran mereka. Oleh karena itu para ladyboy di Thailand tetap diakui sebagai pria.

Walaupun nantinya mereka terpilih mengikuti wamil, jarang sekali ladyboy yang diikutkan kegiatan wamil seperti halnya peserta yang lain. Bagi militer Thailand, transgender dikategorikan sebagai penderita gangguan mental. Kategori tersebut akan tercantum pada rekam medis setiap transgender sehingga mereka tak akan diikutkan dalam wajib militer yang sebenarnya. 

Saat pengundian lotere tiba, para ladyboy tetap mendapatkan perlakuan sama seperti peserta pria. Saat pemeriksaan medis, mereka terpaksa harus melepas pakaiannya di hadapan banyak peserta pria. Para ladyboy merasa dipermalukan di hadapan banyak orang setiap acara pengundian lotere ini dilaksanakan. Oleh karena itu, saat ini pemerintah Thailand sedang mengkaji undang-undang untuk pengakuan jenis kelamin ketiga untuk para transgender.

Ladyboy percaya dengan reinkarnasi

Sebagai negara dengan mayoritas penganut Buddha, reinkarnasi menjadi kepercayaan yang sangat umum di masyarakat. Bagi mereka, setiap orang adalah wujud reinkarnasi dari orang lain di masa lalu, dan mereka juga akan bereinkarnasi menjadi orang yang baru di kehidupan berikutnya, dan kelahiran seseorang ini dipengaruhi oleh kehidupan sebelumnya. Hal ini juga berlaku bagi para transgender.

Seorang ladyboy bisa jadi orang yang berdosa d kehidupan sebelumnya dan kini mereka sedang menerima hukuman. Dengan kepercayaan reinkarnasi tersebut banyak warga Thailand yang menghormati ladyboy seperti manusia lainnya, walaupun status mereka tidak dilindungi dan diakui secara hukum.

Ladyboy 'dibuang oleh keluarganya'


Walaupun keberadaan ladyboy sudah menjad lumrah di Thailand, tidak semua orang tua mau berbesar hati menerima putranya untuk menjadi ladyboy. Banyak ladyboy yang harus terpisah dari keluarga karena mengalami penolakan. Oleh karena itu, banyak komunitas ladyboy didirikan untuk menjadi tempat berbagi untuk para ladyboy di Thailand.

baca juga : 4 Kasus Tragis Anak Bunuh Diri Karena LGBT dan Bullying

Nah itulah 4 fakta menyedihkan tentang kehidupan ladyboy di Thailand. Bagaimana menurut Anda?

0 komentar