Walau demikian, tak bisa dipungkiri bahwa cat kuku mengandung berbagai macam zat kimia yang bisa jadi berbahaya bagi kesehatan. Memang, tak semua cat kuku menggunakan bahan berbahaya seperti dibutil ftalat, toluena, formaldehida, dan resin formaldehida. Salah satu kandungan paling berbahaya yaitu trifenil fosfat (TPHP), yang biasa digunakan sebagai bahan anti-api pada perabotan. Walau memberikan manfaat, penggunaan zat ini yang tak semestinya dapat mengganggu hormon dalam tubuh yang berujung pada gangguan kesuburan.
Lantas, benarkah penggunaan cat kuku dapat mengakibatkan gangguan kesuburan?
Dikutip dari Everyday Health, menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Environment International dari Group Environmental Working (EWG) dan Duke University di Durham, North Carolina, penggunaan cat kuku yang mengandung zat TPHP akan langsung meresap ke dalam tubuh dalam kurun waktu 10-14 jam, waktu yang relatif cepat bukan?
Yang mengkhawatirkan, jurnal tersebut menyebutkan bahwa sekitar 49% merk cat kuku yang beredar di pasaran masih menggunakan zat TPHP pada produk mereka.
Penelitian berlanjut dengan uji coba pada tikus. Tikus yang terpapar zat TPHP sebanyak 20% mengalami obesitas atau kelebihan berat badan. Efek selanjutnya,tikus-tikus betina mengalami gangguan metabolisme dan produksi hormon bahkan pubertas dini. Padahal, kadar hormon yang seimbang sangat penting bagi kesuburan wanita dan pertumbuhan bayi selama dalam kandungan.
Walau terdengar menakutkan, paparan TPHP tentu tidak akan langsung berdampak pada tubuh Anda. Biasanya, zat TPHP yang terserap tubuh akan dikeluarkan oleh tubuh dalam waktu 24 jam. Oleh karena itu, resiko gangguan kesuburan akan lebih besar pada wanita yang menggunakan kuteks atau cat kuku dalam jangka panjang.
Sebaiknya Andalebih bijak lagi dalam menggunakan kosmetik. Perhatikan keamanannya sebelum Anda membeli dan jangan tergiur harga yang murah atau merk yang tidak jelas, karena kandungan di dalamnya belum terjamin secara sempurna. Semoga bermanfaat.
0 komentar